belajar membuat website atau toko online sendiri

Cara membuat website dan pemasaran melalui internet bukan hal yang baru bagi banyak orang yang sudah lama berkecimpung di dunia maya, namun bagi mereka yang awam dan belum mengerti tentang masalah ini tentu akan terasa sulit.

Expert menjadi seorang bloging Part 1

Jika ingin pembentukan personal branding, make money blogging, company branding, atau sekedar untuk mendongkrak jumlah traffic blog Anda yang dari dulu begitu-begitu saja, maka inilah dua blog yang harus Anda pantau sekarang juga!.

Expert menjadi seorang bloging Part 2

Setelah dijelaskan ada dua blog pada Part1, untuk kali ini ada dua lagi yang berkualitas dibidang blogging dan SEO.

Ketika Hati sedang Resah, Gunda atau Galau

Dalam kehidupan ini, terkadang seorang hamba didera berbagai derita. Tak jarang hatinya dilanda beragam perasaan yang mengusik hati, menyiksa jiwa dan membuat hidupnya menjadi keruh dan sempit.

Yang Terlupakan oleh Suami

Rumah tangga bahagia merupakan rumah tangga idaman semua pasutri. Bahkan sebelum pasutri mengikrarkan akad ijab-qobul yang kuat saat menikah, mereka telah bercita-cita semoga kelak menjadi pasutri yang hidup penuh keberkahan, atau minimalnya mereka telah berangan-angan kehidupannya kelak akan penuh romantika yang membahagiakan hati,

Kamis, 14 November 2013

Profil Suami Sukses




Oleh: Ust. Abu Ammar Al-Ghoyami 
 Menjadi seorang yang sukses merupakan harapan semua orang. Sebagaimana berharap menjadi suami yang sukses pun merupakan cita-cita semua laki-laki. Tahukan Anda para suami, bahwa bekal menjadi suami sukses itu hanya dua hal saja?
Sesuatu yang mungkin terjadi pada seorang wanita memiliki seorang laki-laki ala kadarnya, sebab ia ingin dirinyalah yang akan tahu persis siapa suaminya itu. Dan juga mungkin seorang wanita memilih laki-laki setengah preman karena anggapannya ia akan membaik dengan kebaikan yang masih tersisa dalam hatinya. Tahukah Anda para suami, mengapa itu mungkin dilakukan oleh para wanita?
Kata hati para wanita mengatakan, selagi ia bukan tipe laki-laki pembohong, egois, bakhil, hanya tahu kebenaran pada dirinya, pendengki, suka memusuhi, dan sombong; maka ia tidak akan menderita hidup bersamanya. Sederhana sekali sebenarnya. Sebab tipe laki-laki dengan semua sifat tersebut adalah tipe seorang yang tak manusiawi, bukan tipe laki-laki sejati. Makanya suami yang demikian tidak akan mendapati istrinya bisa bertahan hidup bersamanya. Seandainya bisa bertahan, namun ia akan cepat berubah dari istri yang taat menjadi istri pembangkang, keras kepala, suka membangkang dan memusuhi. Sebabnya ialah suami yang tidak manusiawi dan tak memiliki sifat laki-laki sejati semetara istri merasa telah salah menerimanya sebagai suami. Dalam keadaan demikian, sifat kewanitaannya akan segera putus asa dengan kepribadian suaminya sehingga berubahlah ia sebagaimana ia telah berubah.
Berbohong adalah sebuah kelemahan, bahkan ia merupakan pangkal seluruh kejelekan. Kesombongan menunjukkan tidak adanya kepercayaan seseorang kepada dirinya sendiri yang sesungguhnya. Sementara egois dan merasa benar sendiri tidaklah muncul kecuali dari seorang yang tak lagi memiliki cinta dan kasih sayang serta tak memiliki perasaan yang bisa dicurahkan kepada orang lain. Sifat-sifat seperti inilah yang akan melahirkan berbagai sifat jelek alinnya, seperti suka memusuhi, tak tahu diri, tak lagi mengetahui kelemahan, kekurangan diri, dan lain sebagainya. Tentunya sifat-sifat tersebut hanya dimiliki oleh seorang suami yang telah gagal menjadi suami.

SIFAT-SIFAT SUAMI SUKSES

Seorang suami yang sukses jauh dari sifat-sifat tersebut di atas. Profilnya begitu mempesona para istri. Tak heran bila dengan sifat-sifat ini suami sangat dicinta dan disayang istri. Di antara sifat suami sukses itu ialah:
  1. Yang sadar bahwa pernikahan ialah serangkaian tanggung jawab, kepedulian, dan kepemimpinan yang baik.
  2. Tanggung jawab pernikahan tersebut mendorongnya mewujudkan keberhasilan dalam kehidupan berumah tangga.
  3. Menyadari keadaan dirinya yang berfungsi sebagai pemimpin di dalam keluarganya.
  4. Bisa memberikan rasa aman yang sebenarnya kepada istrinya.
  5. Menjadikan istrinya sebagai kekasihnya.
  6. Dapat menyeimbangkan sikap romantis yang penuh kelembutan dengan sikap tegas dalam menghadapi kenyataan.
  7. Dapat menmbuhkan hubungan suami istri yang didasari nilai-nilai agama yang luhur.
  8. Yang bertanggung jawab terhadap moral keluarga dan masyarakatnya.
  9. Baik hati, rendah hati, selalu berbuat baik, dan suka menolong orang lain.
  10. Kejujurannya menjadikannya sangat berwibawa di rumah dan menjadikannya sebagai bekal keberaniannya.
  11. Berkepribadian stabil, mantap, dan dapat menahan amarah dalam segala keadaan
  12. Pemaaf serta penyabar menghadapi kesalahan orang lain, terutama istrinya.
  13. Amarahnya merupakan didikan, bukan teror, sedangkan hukumannya merupakan kebaikan bagi yang dihukum, bukan siksaan.
  14. Yang tidak membedakan kesamaan derajat dirinya dengan istri sebagai manusia yang memiliki kewajiban menghamba di hadapan Allah Ta’ala.
  15. Selalu adil dalam keharmonisan, kemesraan dan dalam menafkahi batin istrinya.
  16. Bersikap proporsional dalam keadilannya, perlindungannya, kebijakannya serta ketegasannya.
  17. Yang menjadikan musyawarah sebagai media membina kehidupan berumah tangga.
  18. Yang tidak menganggap pendapatnya sendiri yang benar, sementara pendapat istri selalu salah.
  19. Selalu optimis dan tak mudah putus asa.
  20. Suka mencanda, kuat kemaluannya, dan tak bermalas-malasan.
  21. Kaya ide-ide positif, kreatif, dan jauh dari sifat monoton.
  22. Pencemburu dan proporsional cemburunya.
Sebegitu banyakkah sifat yang harus dimiliki oleh seorang suami yang menhendaki kesuksesan? Ya. Benar. Bahkan yang disebutkan itu bukan seluruhnya, namun masih banyak sifat lainnya yang belum tersebut.

DUA BEKAL UTAMA SUAMI SUKSES

Sebenarnya untuk meraih seluruh sifat tersebut mudah saja teorinya. Namun praktiknya membutuhkan kesungguhan dan keistiqomahan. Perbaiki kualitas beragama dan akhlak-aklhak diri dengan siraman nilai-nilai luhur syari’at Islam. Hanya dengan dua hal tersebut seseorang akan menjadi suami sukses, sukses mendapat cinta istri, dan sukses membina rumah tangga Insya Allah. Sebab seluruh sifat-sifat tersebut di atas bisa muncul dan ada pada dirinya dengan baiknya agama serta akhlaknya.
Oleh karenanya, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam telah mengingatkan seluruh wali-wali para wanita agar memilihkan buat para wanita yang ada di bawah kepengasuhannya seorang laki-laki yang baik agama serta akhlaknya sebagai suami mereka. Beliau sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Apabila seorang laki-laki yang kalian ridhoi agama serta akhlaknya melamar (anak wanitamu), maka nikahkanlah ia (dengannya). Bila kamu tidak lakukan, niscaya akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang banyak.” [1]
Dari sini, sebagai seorang suami, jadilah Anda laki-laki sejati. Hilangkan sifat-sifat buruk dari diri Anda. Sulit memang menghilangkannya, kecuali bila Anda menyadari dan mengetahui bahwa sifat-sifat tersebut memang ada pada diri Anda. Gantilah perangai buruk dengan berbagai akhlak terpuji seorang suami. Dengan menjadi seorang yang taat beragama yang berhias dengan akhlak terpuji, niscaya akan mudah menjadi tipe suami sukses bagi istri dan keluarga.
Wabillahit taufiq
Catatan kaki:
[1] HR.Tirmidzi no: 1107, dihasankan oleh Syaik al-Albani dalam al-Irwa’ no: 1668 dan dalam ash-Shohihah no: 1022.

Disalin dari majalah al-Mawaddah Edisi Khusus Tahun Ke-3 :: Jumadal Ula 1431 H :: April – Mei 2010, Vol.30

Repost dari : http://jilbab.or.id

Sebagian Suami Telah Melalaikannya


Oleh: Abu Ammar al-Ghoyami
Rumah tangga bahagia merupakan rumah tangga idaman semua pasutri. Bahkan sebelum pasutri mengikrarkan akad ijab-qobul yang kuat saat menikah, mereka telah bercita-cita semoga kelak menjadi pasutri yang hidup penuh keberkahan, atau minimalnya mereka telah berangan-angan kehidupannya kelak akan penuh romantika yang membahagiakan hati, menenteramkan jiwa, menenangkan suasana, melapangkan dada serta menambah keleluasaan pikiran. Namun anehnya, sebagian kepala rumah tangga, sebagian suami justru telah melalaikan beberapa sebab dan sarananya. Kita sebutkan sebagiannya, misalnya:
1. Berdoa saat masuk dan keluar rumah
Yaitu dengan membaca basmalah [1] atau do’a masuk rumah [2] agar setan tidak ikut masuk rumah sehingga merusak kedamaian dan ketentraman hidup dalam keluarga. Sehingga bisa Anda bayangkan, apa yang akan terjadi bila hal itu tidak dilakukan oleh suami?
2. Masuk rumah dan menemui keluarga dengan mengucapkan salam
Allah berfirman:
Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Alloh, yang diberi berkat lagi baik. (QS. an-Nur [24]: 61)”
Apalah sulitnya mengucapkan salam dengan sempurna saat masuk rumah atau menemui keluarga di rumah? Tidakkah puas jiwa ini dengan sepuluh atau dua puluh bahkan tiga puluh pahala dengannya? Tahukah Anda sebagai suami bahwa dengan salam maka Alloh akan melimpahkan kesejahteraan dan kasih sayang-Nya untuk Anda dan keluarga? Renungkanlah!
3. Menemui keluarga dengan muka berseri dan seuntai senyum yang ramah
Tentu bukanlah hal yang berat bagi seorang suami untuk bermuka ceria dan melepaskan senyum buat istri sekaligus anak-anaknya. Akankah kewibawaan suami menjadi sirna hanya sebab keramahan dan kecerahan raut mukanya tatkala menemui keluarganya? Tentu tidak. Bahkan, justru dengan begitu suami akan beroleh pahala dari Alloh. Maka, jangan sampai ia melalaikannya apalagi meremehkannya, sebab itu termasuk shodaqoh. Rosululloh bersabda:
Setiap perkara yang ma’ruf adalah shodaqoh, dan sesungguhnya sebagian dari perkara yang ma’ruf ialah berwajah ceria tatkala berjumpa saudaramu dan engkau tuangkan timbamu ke bejananya” [3]
Nah, sekarang pantaskah kiranya bila seorang suami keluar masuk rumah tanpa memperhatikan adab di atas? Pantaskah seorang suami masuk rumahnya dengan keadaan mengerutkan kening, tegang urat lehernya, merah kedua matanya?
Mengapa sebagian suami masih saja lebih ramah dan lebih cerah raut mukanya dengan orang lain dibandingkan dengan istri dan keluarganya? Bagaimana ia akan memberikan kebahagiaan dan ketenteraman bagi istri dan anak-anaknya sementara penampilannya saja sudah menakutkan dan mengecilkan nyali? Kita berlindung kepada Allah dari jeleknya akhlak dan amalan kita.

Catatan kaki:
[1] HR. Muslim no.2018
[2] Sebagaimana sabda Rasululloh
Apabila seorang suami masuk rumahnya hendaknya ia mengucapkan: [Ya Alloh, sesungguhnya kau mohon masuk dan keluar yang baik dari-Mu, dengan menyebut nama Alloh aku masuk dan keluar, dan kepada Robb kami, Alloh, kami bertawakal] Kemudian hendaknya ia bersalam kepada keluarganya” (HR. Abu Dawud no. 5096, dishohihkan oleh al-Bani dalam ash-Shohihah no.225)
[3] HR. Ahmad dan Tirmidzi, ia mengatakan hadits ini hasan shohih, dan asalnya di Shohihaini dari haditsnya Hudzaifah dan Jabir. Lihat Shohih Targhib wat Tarhib, al-Albani no. 2684.

dari majalah al-Mawaddah Edisi ke-4 Tahun ke-2
Dzulqo’dah 1429H/ November 2008


Repost dari : www.jilbab.or.id

Doa Nabi di Kala Galau, Resah, & Perasaan Sedih Melanda

Dalam kehidupan ini, terkadang seorang hamba didera berbagai derita. Tak jarang hatinya dilanda beragam perasaan yang mengusik hati, menyiksa jiwa dan membuat hidupnya menjadi keruh dan sempit. Ada tiga jenis perasaan yang mengganggu jiwa seorang manusia; pertama huzn (kesedihan terhadap apa yang terjadi di masa lalu), kedua hamm (keresahan lantaran kekhawatiran akan masa depan) dan ketiga ghamm (perasaan gundah saat menghadapi kenyataan yang sulit yang tengah dihadapi sekarang).
Tiga perasaan ini tak bisa lenyap dari jiwa seseorang kecuali melalui ketulusan penuh untuk kembali kepada Allah, kesempurnaan perasaan hina di hadapan-Nya, kerendahan hati kepada-Nya, ketundukan dan kepasrahan terhadap perintah-Nya, percaya akan ketentuan-Nya, mengenal-Nya dan mengenal nama-nama dan sifat-sifat-Nya, percaya kepada kitab-Nya, selalu membaca dan merenungi serta mengamalkan segala kandungannya. Dengan itu semua -bukan dengan yang lain – segala kekacauan hati itu akan sirna, dada menjadi lapang, dan kebahagiaan pun akan datang.
Dalam Musnad Ahmad dan Shahih Ibni Hibban serta lainnya, ‘Abdullah bun Mas’ud meriwayatkan bahwa Nabi bersabda, “Tidaklah seorang hamba mengucapkan doa berikut (ini) tatkala ia didera keresahan atau kesedihan melainkan Allah pasti akan menghilangkan keresahannya dan akan menggantikan kesedihannya dengan kegembiraan. Para Sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, sudah seharusnya kami mempelajari doa tersebut. Rasulullah menjawab, “Benar. Sudah seharusnya orang yang mendengarnya mau mempelajarinya”.[1]
Doa yang dimaksud berbunyi:
Ya Allah, sungguh aku ini adalah hamba-Mu, anak dari hamba-Mu, anak dari hamba perempuan-Mu, ubun-ubunku ada di tangan-Mu, ketentuan-Mu berlaku pada diriku, keputusan-Mu adil terhadapku, Aku memohon kepada-Mu dengan semua nama yang merupakan milik-Mu, nama yang engkau lekatkan sendiri untuk menamai diri-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang di antara hamba-Mu, atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau yang Engkau khususkan untuk diri-Mu dalam ilmu gaib di sisi-Mu, agar engkau menjadikan al-Qur’an sebagai penyejuk hatiku, cahaya dadaku, penghilang kesedihanku dan pelenyap keresahanku.[2]
Sudah selayaknya seorang Muslim mempelajari dan berupaya kuat untuk mengucapkannya kala ditimpa kesedihan, keresahan maupun kegalauan. Dan hendaknya ia juga tahu bahwa ungkapan-ungkapan doa tersebut hanya akan bermanfaat bila ia memahami maknanya, merealisasikan tujuannya dan mengamalkan kandungannya. Berdoa dengan doa-doa yang bersumber dari Nabi dan berdzikir dengan wirid yang disyariatkan tanpa ada pemahaman terhadap maknanya dan tanpa mengejawantahkan kandungannya, tidak mendatangkan pengaruh baik dan manfaat yang banyak. Doa ini memuat empat pilar yang agung. Tak ada cara bagi seorang hamba untuk menggapai kebahagiaan dan melenyapkan keresahan, kegalauan dan kesedihan kecuali dengan merealisasikannya.

Pilar pertama, 
Merealisasikan ibadah hanya untuk Allah, merasa hina di hadapan-Nya, mengaku bahwa dirinya adalah makhluk ciptaan-Nya sekaligus hamba-Nya, baik dirinya maupun kakek dan nenek moyangnya, mulai dari bapak ibu kandungnya yang terdekat sampai berpangkal pada Adam dan Hawa. Semua adalah hamba dari Allah. Dialah yang menciptakan mereka, Rabb mereka, Penguasa mereka, yang menangani segala urusan mereka.
Di antara bentuk realisasi pengakuan-pengakuan di atas adalah konsistensi seorang hamba dalam beribadah kepadaNya yang terwujud dalam rasa keterhinaan dan ketundukannya kepada Allah, melaksanakan titah dan menjauhi laranganNya, selalu merasa butuh kepada-Nya, berlindung kepada-Nya, meminta pertolongan kepada-Nya, tawakkal kepada-Nya, meminta perlindungan kepada-Nya, dan agar hati tak bertaut pada selain-Nya, baik dalam hal kecintaan, rasa takut, maupun pengharapan.

Pilar kedua,
hendaknya seorang hamba mengimani qadha dan qadar Allah. Juga meyakini apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi, sedang yang tidak dikehendaki-Nya tak akan terjadi. Demikian pula bahwa tidak ada yang sanggup mengintervensi hukum Allah (merubah ataupun membatalkannya), tak ada pula yang dapat menolak keputusan-Nya (Lihat QS Fathir/35:2).

Karena itulah, dalam doa tersebut dinyatakan, “Ubun-ubunku ada ditangan-Mu, ketentuan-Mu berlaku terhadapku, keputusan-Mu terhadapku adil semata.” Ubun-ubun seorang hamba, yakni kepada bagian depan, ada di tangan Allah. Allah memperlakukannya sekehendak-Nya; juga memberi ketentuan terhadapnya sesuai dengan yang Dia kehendaki. Tak ada yang bisa mencampuri ketentuan-Nya, tidak ada pula yang bisa menolak keputusan-Nya, tidak ada pula yang bisa menolak keputusan-Nya. Maka dari itu, kehidupan seorang hamba, kematiannya, kematiannya, kebahagiaannya, kesengsaraannya, kesehatannya, cobaan yang ia terima, semua itu kembali pada Allah, tak ada sama sekali yang menjadi wewenang hamba.
Bila seorang hamba percaya bahwa ubun-ubunnya dan juga ubun-ubun semua hamba lainnya ada di tangan Allah, Dia akan memperlakukan mereka sesuai dengan kehendak-Nya, maka setelah itu ia tidaklah takut kepada sesama hamba, tidak menaruh harap pada mereka, tidak memposisikan mereka sebagai pemilik dirinya, tidak menggantungkan asa dan harapannya pada mereka. Ketika itu, barulah tauhid, tawakkal dan penghambaannya kepada Alllah benar-benar terwujud. (Lihat surat Hud 11:56)
Ungkapan dalam doa “ketentuan-Mu berlaku atas diriku” ini mencakup dua ketentuan; ketentuan dalam agama dan ketentuan dalam agama dan ketentuan takdir berkenaan dengan semesta. Dua ketentuan ini akan berlaku pada diri hamba, ia terima ataupun tolak. Hanya saja ketentuan takdir tidak mungkin untuk dilawan. Sedangkan ketentuan agama terkadang dilanggar oleh seorang hamba dan ia terancam mendapatkan hukuman siksa sesuai dengan pelanggaran yang ia lakukan.
Ungkapan “keputusan-Mu terhadapku adil semata”, ini mencakup semua keputusan Allah terhadap hamba-Nya dari segala sisi, baik sehat atau sakit, kaya atau miskin, rasa nikmat atau rasa nyeri, hidup atau mati, mendapat siksa atau mendapat ampun; semua yang Allah putuskan terhadap hamba itu adalah adil semata.
Pilar ketiga adalah hendaknya seorang hamba mempercayai nama-nama Allah yang indah (asmaul husna) dan sifat-sifat-Nya yang agung yang terdapat dalam al-Qur’an dan Sunnah; bertawassul kepada Allah dengan nama dan sifat-Nya. Ini sebagaimana firman Allah, Hanya milik Allah asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna itu (Qs al-Araf/7:180)
Semakin kuat seorang hamba mengenal Allah, nama dan sifat-Nya, maka ia akan semakin takut kepada Allah, semakin besar merasakan pengawasan-Nya terhadap dirinya dan akan semakin jauh dari kemaksiatan dan hal-hal yang Allah murkai.
Karena itulah, hal terbesar yang dapat mengusir rasa resah, sedih dan gelisah adalah kala hamba mengenal Rabbnya, memenuhi hatinya dengan pengetahuan tentang Allah dan bertawassul kepada-Nya dengan nama dan sifat-Nya. Karena itulah dalam doa tersebut dinyatakan, aku memohon kepada-Mu dengan segenap nama milik-Mu yang Engkau sandangkan pada diri-Mu, atau yang Engkau turunkan di kitab-Mu, atau Engkau ajarkan pada seseorang dari sekalian hamba-Mu, atau yang Engkau simpan sendiri di ilmu gaib yang ada pada sisi-Mu. Ini adalah wasilah kepada Allah yang paling Allah cintai.
Pilar keempat adalah memberikan perhatian pada al-Quranul Karim yang sama sekali tidak mengandung kebatilan sedikit pun, yang memuat petunjuk, kesembuhan, kecukupan dan keselamatan. Semakin besar perhatian seorang hamba pada al-Qur’an, baik dengan membaca, menghafal, mengkaji dan merenungkannya, mengamalkan, dan mengejawantahkannya, ia akan menggapai kebahagiaan, ketenangan, kelapangan dada, hilangnya resah, gelisah dan kesedihan sesuai dengan tingkat perhatiannya terhadap Kitabullah.
Inilah empat pilar yang agung yang dipetik dari doa yang penuh berkah ini. Sudah sepantasnya kita menghayatinya dan berupaya untuk mewujudkannya, agar kita bisa menggapai janji mulia dan keutamaan agung ini berupa sirnanya keresahan yang berganti dengan kebahagiaan dan jalan keluar. Diangkat dari at-Tabyin li Da’awatil Mardha wal Mushabin karya Syaikh ‘Abdur Razzaq hlm. 40-45.
Catatan kaki:
[1]: Musnad Ahmad 1/391 (Ash-Shahihah no 199)

[2]: Mengenai penjelasan hadits ini lihat al-Fawa’id karya Imam Ibnul Qayyim hlm. 44
*Tulisan ini disalin ulang dari artikel yang dimuat dalam majalah As-Sunnah Edisi 02/Thn. XIV, Jumadil Awwal 1431 H, Mei 2010 M*

Repost dari : http://jilbab.or.id

.